Avanza 2005
Part 2

Setelah puas keliling kota Semarang memakai Avanza 1.3 G Manual, hari berikutnya kami memakai seri 1.5 G Manual. Tidak laksana 1.3 baru yang tenaganya terdongkrak 4 dk, mesin 2NR-FE 1500 cc ini tidak mengalami eskalasi tenaga dan torsi, tetapi angka maksimalnya dapat diraih pada putaran mesin 200 rpm lebih rendah.
Hari kedua pengetesan rute yang ditempuh lebih jauh daripada hari sebelumnya. Kali ini tempat yang dituju ialah museum kereta api Ambarawa dilanjutkan ke Candi Gedong Songo dan Pondok Kopi yang terletak di dataran tinggi. Dari Semarang akan mengarungi jalan tol luar kota melewati wilayah perbukitan Grabag dan Salatiga. Sengaja dipilih rute memutar sekalian guna benar-benar menikmati sensasi berkendara mini MPV tumpuan Toyota ini.

Ketika melaju di atas tol, kami baru menikmati bahwa banting tulang desainer enginering Toyota benar-benar menghasilkan kendaraan yang diinginkan keluarga Indonesia. Ubahan pada suspensi dan sistem peredaman yang baik menciptakan handling menjadi lebih mantap. Kendaraan tetap stabil dan minim getaran meski mengarungi garis-garis speed-trap, seolah-olah speed-trap itu tidak bermanfaat untuk menyadarkan pengemudi yang sedang mengantuk.
Masih seputar kemudi, terdapat fitur baru yang serupa pada kendaraan Eropa, yakni lampu sein tiga kali kedip yang bermanfaat sebagai sinyal pindah jalur. Caranya lumayan mengoperasikan tuas lampu sein tanpa mesti mengurangi sampai penuh.

Bosan berpencar kami hendak segera menyusul regu tim beda yang sedang di depan. Nah, di sini ternyata kami menemukan kekurangan Avanza. Susah menyalip! Injakan pedal gas tidak singkron dengan torsi yang dikeluarkan, semburan tenaga baru terasa saat putaran mesin masuk di angka 3.500 rpm. Bahkan saat kecepatan menyentuh 80 km/h terasa sekali tenaga menjadi kendur, dan kami mesti memasuki gas lebih dalam untuk berjuang menaikkan tenaga menjangkau kecepatan 120 km/h pada rpm di atas 4.000.
Ketika kami mohon penjelasan untuk Iwan Abdurachman, selaku Technical Manager TAM mengatakan, bahwa Avanza teranyar ini memakai teknologi drive by wire, selayaknya mobil-mobil canggih masa kini. Yang bertujuan untuk penambahan efisiensi bahan bakar dan emisi gas buang. Tidak laksana model lama yang masih memakai kabel gas, pada model teranyar ini pedal gas bakal disambungkan dengan modul susunan listrik yang bakal menilai besarnya semprotan bahan bakar guna mesin secara computerized.

Lalu kenapa model lama dirasa lebih responsif dan gas-nya lebih spontan, sebab Avanza yang lama suplai semprotan bahan bakar tidak ditentukan oleh ECU, tetapi oleh besar kecilnya jarak kabel gas yang dihubungkan dengan pedal. Meski BBM lebih boros, desakan tenaga langsung terasa di awal.
Namun Iwan menampik, “Memang bila adu akselerasi pada jarak 400 meter Avanza baru kalah loncatan mula dibanding Avanza model lama, tapi ketika finish, Avanza baru bakal unggul sebab tenaga lebih besar.”

Ketika antre di tanjakan curam mengarah ke areal Pondok Kopi juga kami merasakan kejadian serupa. Driver beda yang terbiasa dengan memasuki gas tidak terlampau dalam, saat di tanjakan sering merasakan mesin mati disebabkan tenaga kurang. Jadi guna Avanza baru ini anda memang perlu penyesuaian. Jangan fobia mobil menjadi boros, kalau perlu tenaga lebih, tekan saja pedal gas dalam-dalam hingga torsi yang diharapkan tercapai.
Perbedaan Mengendarai Avanza Baru dan Lama, Begini Rasanya! (Part 1/2)










