Harga Avanza 2004
Jakarta, KompasOtomotif – Diksi pembunuh, akhir-akhir ini gentayangan di seputar berita otomotif nasional. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ini punya arti, orang atau alat guna membunuh. Kata bunuh sendiri punya arti, menghilangkan nyawa secara sengaja. Agak ngeri-ngeri sedap memang.

Kata ini seolah menjadi kesayangan buat media membuat rivalitas sebanding yang terjadi pada pasar mobil multi untuk level bawah alias low multi purpose vehicle ( LMPV) tujuh penumpang. Maklum saja, segmen mobil ini adalah yang terlaris minimal dalam satu dasawarsa lebih di semua Indonesia.
Penghuninya, tentu telah tenar, macam Avanza, Xenia, Ertiga, Mobilio, Evalia, hingga Spin. Nama yang terakhir, telah menyerah duluan, alias tak dipasarkan lagi di Indonesia, sekaligus jadi satu-satunya brand asal Amerika Serikat yang mundur tertata dari kompetisi ketat semua merek Jepang.
Segmen LMPV tercipta sebab lahirnya “duet maut” Avanza-Xenia, produk hasil kolaborasi antara PT Astra Daihatsu Motor (ADM) dan PT Toyota Astra Motor (TAM), meluncur November 2003. Proyek ini adalah jawaban pascakrisis moneter yang menjangkit Indonesia pada 1998-1999. Nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) yang melejit, memaksa harga Kijang-yang semula menjadi tumpuan Toyota-naik hingga tiga kali lipat, sampai-sampai tak tercapai konsumen. Kemudian lahirlah proyek kolaborasi ini.

Avanza dan Xenia memang unik, bak pinang dibelah dua. Uniknya lagi, walau sudah belasan tahun dipasarkan, sampai ketika ini masih saja tidak sedikit yang belum mahfum, bila Avanza dan Xenia tersebut diproduksi bersamaan di pabrik kepunyaan ADM di Sunter (akhir 2003), kemudian meningkat lagi dirakit di (pabrik baru Daihatsu) Karawang, Jawa Barat (2013).
Jadi Avanza tersebut memang produksi Daihatsu, tetapi dijual dengan brand Toyota, dengan diferensial tertentu pastinya. Singkatnya, Avanza dan Xenia tersebut saudara kembar, serupa tapi tak sama.
Produksi Avanza pernah ditolong oleh PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN)-pabrik kepunyaan Toyota-di Karawang, akhir 2008, namun hanya sejumlah bulan dan pulang lagi ke pelukan Daihatsu. Jika pernah dengar istilah, Avanza “Geblek” (varian G, kelir hitam), jenis ini satu-satunya yang diproduksi TMMIN masa-masa itu. Kala itu, permintaan Avanza begitu fenomenal. Pesanan yang semula ditargetkan 2.000 unit “meledak” berkali-kali lipat menjadi 9.000 unit per bulan.

Duet Avanza-Xenia, hampir tanpa lawan masa-masa meluncur ke pasar. Konsumen tentu paling mudah membubuhkan pilihannya pada kedua model itu, ketimbang pilihan pilihan yang terdapat di pasar, laksana Suzuki APV, Mitsubishi Maven, Daihatsu Luxio, atau pilihan dengan dimensi bodi lebih kecil, semacam Suzuki Carry atau Mitsubishi Colt T-120SS.
Nah, meskipun kembar, kelihatannya Avanza punya hasil panen yang lebih subur ketimbang sibling-nya, Xenia. Larisnya Avanza di pasar otomotif nasional, tak tidak jarang kali mampu diikuti oleh sang saudara, walau lahir dari “satu rahim”. Tahun keemasan Avanza terjadi pada 2013, di mana Toyota sukses menjual hingga 213.458 unit. Memang pada tahun tersebut juga, pasar otomotif lagi bergairah, dengan torehan total penjualan mencapai, 1,229 juta unit.

Kesuksesan Avanza di pasar otomotif nasional bahkan langsung terekam pada tahun perdana produk ini dipasarkan. Faktanya, semenjak 2004 sampai ketika ini, Avanza masih terdaftar sebagai model mobil terlaris di Indonesia. Berdasarkan jumlahnya yang begitu tidak sedikit di jalanan Indonesia, baik kota besar, kabupaten, perdesaan, hingga perkampungan, hampir tak luput dari kehadiran Avanza. Alasan ini pun yang lantas menciptakan jargon, “ mobil sejuta umat”, lantas dimodifikasi oleh pewarta menjadi istilah dirasakan lebih tepat, “MPV Sejuta Umat.”