Mazda 6 Combi
Kenyamanan lokasi duduk utama, berbahan kulit lembut menyerahkan kesan lux, diperbanyak sandaran tangan berbahan kekar menunjukkan kekokohan. Penumpangnya juga merasa duduk di bangku eksekutif pesawat.

Tiga kursi berjajarnya pun menawarkan kehangatan bareng anggota family yang lain. Kaca yang lebar menciptakan pandangan lega, luas depan, kiri dan kanan. Seolah rela berbagi dengan orang-orang di sampingnya.
Kaki pun dapat bebas berselonjoran dan bersandar dengan kemiringan kursi cocok yang diinginkan. Sambil bersandaran juga dapat menikmati layar video yang terpasang di kursi depannya.
VW jenis kombi memang mempunyai keistimewaan pada ruangnya yang luas dan lebar. Bahkan eksklusif hightroof memiliki elevasi sekitar 2 meter dari lantai mobil.
“Begitu saya masuk, saya tidak butuh membungkuk, kepala tidak bakal terbentur. Tempat duduknya nyaman tidak kalah dengan Alpard,” kata Iwan tersenyum sambil merasakan tempat duduknya, Minggu (10/4).

Tidak melulu itu, pembatas dengan cabin depan dimanfaatkan sebagai lokasi AC sekaligus meja untuk menanam minuman dan makanan ringan. Sementara di unsur bawahnya difungsikan sebagai sound system, yang dapat menikmati ragam musik romantis. Semua peralatan-peralatan tersebut masih aktif dipakai hingga kini.
Sementara di unsur belakang difungsikan sebagai lokasi tidur anak-anak. Sebuah kasur dengan kanan dan kiri dilengkapi tempat ragam peralatan dan minuman. Cocok memang guna membaringkan anak-anak yang telah tidak dapat menahan kantuk.
VW Kombi Highroof kepunyaan Iwan diciptakan tahun 1979 dengan 4 Cylinder, 1700 CC engine, 205 70 R15 Tyres & 5,0 X 15 Rims. Warnanya juga Marine Blue, perpaduan antara warna putih dan biru yang cerah.
“Saya suka VW, salah satunya sebab mesinnya di belakang, tidak tidak sedikit mobil dengan mesin di belakang,” kata lelaki yang keseharian sebagai pengacara ini.

Biaya guna memodifikasi mobilnya, Iwan menyatakan tidak menghitungnya, tetapi diduga keseluruhan lebih dari Rp 100 Juta. Perbaikan-perbaikan dilaksanakan dari mulai hal mesin dan ‘tetek bengeknya’. Banyak hal detail interior supaya mobil kebanggaan tersebut menjadi koleksi yang sempurna.
Iwan sendiri juga merasa, tidak terdapat habis-habisnya mengerjakan perbaikan dan perawatan. Bahkan lebih besar ongkos perbaikan dibanding harga beli awal.
“Kita mau tidak banyak korban dari awal. Biaya perawatan relatif tidak ada, sebab VW ini ialah VW koleksi. Tidak digunakan sehari-hari. Kita pakai melulu kalau kepingin, baru anda pakai. Paling hari-harinya melulu ingin dengerin suaranya, dipanasi saja. Suaranya laksana apa,” ungkapnya.

Iwan mempunyai pengalaman dengan mobilnya tersebut saat perjalanan ke Yogjakarta. Ia menyatakan lupa tempat persisnya, seingatnya di dekat Ngawi.
Saat tersebut suasana malam dan mobil sedang kecang-kecangnya melaju tiba-tiba tampak gundukan rel kereta api. Ia telah tidak punya peluang untuk meminimalisir gas, kesudahannya meluncur serasa melompat dengan bodi yang jatuh bersamaan.
“Mungkin pencipta mobil ini telah mendesain sedemikian rupa ketika menghadapi kondisi yang laksana saya alami. Bodinya berat, ketika jatuh masih dapat dikendalikan, dan bersyukur aman. Sekali tersebut saja terjadi, tidak mau bila untuk mengulang,” ungkap ayah dua anak ini.