Toyota Corolla 1978

Suzuki Baleno, penerus keturunan Esteem atau di Jepang lebih dikenal dengan nama Cultus. Masih ingat mobil ini? Sedan berbodi kompak, yang dirancang sebagai mobil hemat bahan bakar pada1990an. Ada versi hatchbacknya yang diberi nama Amenity. Bahkan, ada pun versi dua pintu yang informasinya hanya dijual terbatas 200an unit saja. Ada dua opsi mesin, 1,3-liter dan 1,6-liter, yang masih memakai karburator.
Siklus hidup Esteem selesai 1995 dan langsung digantikan Baleno satu tahun kemudian. Sosok Baleno generasi kesatu, lebih streamline dan menarik, menciptakan para pencinta sedan langsung jatuh hati padanya. Padahal, ketika itu, Baleno masuk dalam pertarungan melawan Honda Civic Ferio (SO4) dan Toyota All New Corolla (AE111). Dikarenakan kapasitas mesin sama yang diangkat ketiga sedan.
Ya, Baleno kesatu kali memakai mesin berkode G16B SOHC 16-valve berkapasitas 1.600 cc. Mesin ini masih dalam family G16 yang juga digunakan Esteem GT, Vitara, Escudo, Sidekick dan Futura. Hanya saja, sistem pemasok bahan bakar telah electronic point injection, bukan lagi karburator. Tenaga didapatkan hanya 99 PS dan torsi 127 Nm. Sayangnya, transmisi hanya ada manual 5-percepatan saja.

Transmisi otomatis baru terdapat di versi facelift yang terjadi pada 1999. Nah, Baleno ini pun dikenal sebagai Baleno Millenium, sebab bertepatan pada peralihan milenia baru di 2000. Mesinnya pulang menjadi G15A atau lebih kecil 100 cc. Tapi, tenaga naik menjadi 103 PS meski torsi tetap 127 Nm, serta konsumsi bahan bakar lebih hemat dari 1,6-liter. Desain melulu mengalami evolusi dari wajah depan. Lampu kotak diolah lebih membulat, supaya menghilangkan kesan kaku dan grille yang tampak lebih besar. Perubahan pada mesin ikut mengolah peta persaingan. Di ketika bersamaan, Honda mengenalkan City Type Z dan Toyota menjagokan Soluna.
Tren bergeser mulai 2003. Maraknya spesies MPV berukuran kompak namun kabinnya luas, menciptakan desain sedan turut teracuni desain MPV. Jika kita perhatikan, mulai tahun ini desain mobil-mobil teranyar semakin menggembung dan atapnya tinggi. Compact hatchback pun berlahiran seperti Honda Jazz, Toyota Yaris, Daihatsu YRV dan Suzuki Swift. Suzuki pun mempunyai Aerio yang bentuknya paling tanggung antara small MPV atau hatchback. Celakanya, basis Aerio berikut yang dijadikan generasi kedua Baleno dengan nama beken Baleno Next-G.

Desain eksterior yang lumayan manis di Aerio, menjadi kacau tatkala unsur bokong dibongkar untuk dijadikan bagasi sedan. Pantas saja dicemooh tidak sedikit orang, tak berbeda dengan Honda City generasi kedua. Melihat tampilan Toyota Vios si penerus Soluna, jadi terlihat sangat keren. Baleno Next-G merasakan perombakan dari semua bagian. Interiornya tampak futuristik berkat panelmeter model digital. Kabinnya juga jauh lebih lega dibanding generasi sebelumnya. Sudah terdapat ABS+EBD walau belum dilengkapi dual SRS airbag.
Tak lama beredar, langsung facelift dengan memodernisasi desain bemper depan dan belakang. Perubahan yang sama dialamai Aerio. Desain dasbor berganti dan panelmeternya balik lagi ke model analog. Baleno generasi kedua, dipersenjatai mesin baru M15A. Mesin yang sampai kini masih digunakan SX4 S-Cross ini tergolong tahan lama dan kuat walau tidak seirit mesin Toyota maupun Honda. Sudah DOHC dan mengaplikasi teknologi katup variable VVT, tenaga didapatkan meningkat jadi 110 PS dan torsi 140 Nm. Transmisi tetap sama, manual 5-percepatan dan otomatis 4-percepatan.
Jika Baleno Next-G lebih mencirikan suatu small MPV, generasi ketiga pulang bertransformasi menjadi jenis yang lain. Di 2007, Suzuki Indonesia menjadi pionir ruang belajar crossover dengan sukses menjual Suzuki SX4. Berbagi basis sama dengan Suzuki Swift, desain SX4 tampak macho berkat karakter SUV yang powerful dan ground clearance tinggi. Kemudian lahirlah Neo Baleno di 2008. Ternyata Suzuki mengulang kekeliruan yang sama, mengubah format SX4 yang telah proporsional dengan menambahkan bagasi sedan di belakang. Alhasil menjadi spesies yang termasuk langka.

Perpaduan dengan DNA SUV, menjadikan sedan ber-ground clearance tinggi yang lumayan tangguh di medan semi off-road. Masih tetap memakai M15A dengan perpaduan transmisi manual maupun otomatis. Lagi-lagi sebab desain tidak cukup menarik, menciptakan Baleno tidak cukup dilirik konsumen. Sampai akhirnya, Suzuki Indonesia menyuntik mati Neo Baleno di 2010. Sangat disayangkan karena melulu bertahan 2 tahun saja.
Sejak ketika itu, nama Baleno vakum dari blantika otomotif tanah air. Secercah asa timbul ketika Suzuki memamerkan mobil konsep iK-2 berbentuk hatchback di Geneva Motor Show 2015. Tak lama berselang, di Frankfurt Motor Show 2015, versi produksinya tampil dengan menyandang nama Baleno. Yup, Baleno tercetus kembali dan kali ini berada dalam tubuh compact hatchback. Transformasi yang lumayan membingungkan sebab Suzuki telah punya Swift di segmen ini. Sepertinya, pabrikan Jepang ini menargetkan pasar yang bertolak belakang antara Swift dan Baleno.

Produk global Baleno pun, merambah ke pasar Indonesia yang dirakit oleh Maruti Suzuki India. Menggunakan platform baru HEARTECT yang juga dipakai Suzuki Ignis, Baleno menawarkan keunggulan berlomba yang tidak dipunyai para pesaingnya, yakni harga. Dengan harga sangat mahal Rp 207 juta guna varian otomatis, Anda telah mendapatkan hatchback dengan fitur standar sangat lengkap. Motor penggerak yang digunakan Baleno teranyar sudah tak asing di pasar Indonesia. Mesin K14B 1,4-liter dan transmisi manual 5-percepatan maupun otomatis 4-percepatan, sudah dipakai lebih dulu oleh Suzuki Ertiga.
Baca Juga: Penjualan Suzuki Baleno Lampaui Honda Jazz dan Toyota Yaris