Corolla Toyota 2019
Karawang, KompasOtomotif – Toyota Indonesia tetap mengembangkan layout mesin mobil di depan dengan penggerak roda belakang. Keuntungannya, konfigurasi itu dirasakan sesuai dengan karakter jalan-jalan Indonesia, namun kekurangannya pada hal konsumsi bahan bakar dan keleluasaan desain. Lantas hingga kapan Toyota Indonesia bakal bertahan demikian?

Avanza dan produk IMV (Internetional Multi-purpose Vehicle) yakni Kijang Innova, Fortuner, Hilux, ialah sebagian model gerak roda belakang yang dipasarkan Toyota di Indonesia. Yui Hastoro, Direktur Technical Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), menjelaskan, itulah salah satu dalil kenapa keempat model tersebut diterima masyarakat.
Cerita sangat sukses ditorehkan Avanza, sebagai model terlaris sepanjang sejarah Toyota Indonesia. Penjualannya menyebar ke pelosok dengan karakter jalan rusak, tanjakan, dan belum didukung infratruktur memadai. Ban belakang yang memutar dirasa dapat lebih diandalkan ketimbang mobil “ditarik” ban depan.

“Ada keunggulan dan kekurangan. Keunggulannya, lebih tahan terhadap situasi jalan yang tidak bagus. Sasis tersebut lebih ‘multi-performance vehicle’ (konsep pengembangan All-New Innova). Kalau monokok punya kelebihan lebih ringan, lebih irit, manuvernya lebih gampang karena dapat berpenggerak roda depan,” ujar Yui ketika perayaan buatan massal Innova di Karawang, Jawa Barat, Selasa (24/11/2015).
Monokok lebih murah
Kekurangan beda pada penggerak roda belakang yakni pemakaikan komponen mekanis propeller shaft yang tugasnya mengalirkan torsi dari mesin di depan ke roda belakang. Keberadaannya memengaruhi desain lantai yang memberi batas rancangan kabin, selain tersebut lebih bising sebab gesekan komponen.

Dipandang dari sudut buatan Yui bilang monokok lebih murah dibanding ladder frame. “Pasti monokok sebab frame ga ada, propeller shaft ga ada, dan shaft axle ga ada. Lagipula desain lebih luas sebab lantainya rata,” papar Yui.
“Wait and see”
Kecenderungannya, monokok dengan penggerak roda depan punya tidak sedikit keunggulan ketimbang penggerak roda belakang plus ladder frame. Lantas KompasOtomotif bertanya, apakah terdapat wacana Toyota Indonesia beralih?

“Sampai ketika ini anda tetap ‘wait and see’,” jawab Yui. Faktor sangat penting yang memengaruhi, jelasnya, yakni keperluan konsumen, situasi infrastruktur, dan ketentuan pemerintah.
“Pengembangan Toyota menyaksikan lima hingga 10 tahun ke depan. Bagaimana anda berkomunikasi dengan stakeholder, pemerintah atau konsumen, sampai-sampai ke depannya laksana apa,” ujar Yui.
Kondisi kini pengembangan Toyota melibatkan “bagian atas” mobil, sedangkan di unsur bawah tetap sama. Salah satu strategi yang dilakukan, mengimbangi pengembangan yang telah ada dengan pembaruan pada mesin dan bodi supaya tingkat efisiensi bahan bakar dapat ditingkatkan.