Mazda 2 Skyactiv
Bogor, AutonetMagz – Akhirnya tiba pun saat Mazda Motor Indonesia menyuruh rekan-rekan media untuk mengerjakan test drive the All New Mazda2 SkyActiv 2014. Mobil yang diperkenalkan pada IIMS 2014 ini muncul dalam 2 opsi transmisi yakni transmisi automatic 6 percepatan dan transmisi manual 6 percepatan, tetapi kali ini AutonetMagz mendapatkan peluang untuk mengupayakan sebuah unit Mazda2 SkyActiv dengan transmisi manual 6 percepatan di Sirkuit Sentul, Jawa Barat.
Mazda membagi sesi test drive ini menjadi sejumlah grup, kami mendapatkan peluang kedua untuk mengupayakan mobil ini sesudah grup kesatu mengerjakan test drive di sirkuit utama Sentul. Sebelum memulai, Mazda menyerahkan product presentation dan training tidak banyak tentang berkendara di sirkuit, setelah tersebut barulah kami dapat mengupayakan mobil yang tersedia.
Namun tidak boleh terlalu bercita-cita kami dapat melakukan eksplorasi secara lengkap dan jauh terhadap All New Mazda2 SkyActiv di sesi test drive ini, sebab sangat disayangkan urusan itu belum dapat kami berikan, sebab teman media melulu mendapatkan peluang untuk mengupayakan 2 putaran saja guna test drive ini sebab harus bergantian dengan jurnalis lain. Mazda meluangkan 4 unit mobil Mazda2 SkyActiv mulai dari tipe GT, R, V dan unit sangat terakhir ialah unit R manual, cocok dengan nomor urut, ternyata AutonetMagz menemukan unit Mazda2 SkyActiv dengan transmisi manual.
Awalnya kami mengira bahwa kami dapat berlomba-lomba guna mencatatkan masa-masa terbaik di Sirkuit Sentul ini dengan Mazda 2 SkyActiv, tetapi ternyata Mazda paling memperhatikan hal keselamatan sebab mereka tahu tidak seluruh jurnalis roda 4 dapat mengemudi suatu kendaraan di dalam sirkuit. Maka dari tersebut Mazda memberikan sejumlah rintangan zig zag yang terdiri dari Ban dan Cone, serta 2 buah mobil safety car di depan dan di belakang rombongan, tidak main-main, mobil safety car-nya Mazda6 SkyActiv lho.
Langsung saja kami mengenakan helm dan masker yang disediakan oleh kesebelasan panitia dan masuk ke dalam mobil. Pertama kali saya duduk di kursi penumpang dan memberikan peluang rekan jurnalis beda mencoba membawa mobil ini lebih dulu. Ternyata benar saja, meskipun mengupayakan mobil ini di sirkuit, rasanya terdapat yang kurang sebab kita mesti beriringan seperti regu di jalan raya, sensasi kecepatan tidak cukup terasa meskipun kami mencobanya di sirkuit sekalipun.
Di bangku penumpang, meskipun tidak menikmati sebagai pengemudi, saya menikmati bahwa mobil ini lumayan mantap dan mempunyai traksi yang paling baik, “Gila, ini mobil enak banget”, nggak hanya sekali kata itu saya dengar dari mulut teman jurnalis yang saya tak sempat dari mana asalnya. Hehehe….
Kini giliran saya mengemudi mobil ini sendiri, teman jurnalis yang awalnya berada di posisi mengemudi sekarang harus merelakan posisi itu dan duduk di kursi penumpang. Ya jujur saja, pikiran badung sudah terbersit semenjak awal, sebetulnya saya merelakan giliran mengemudi kesatu guna mengetahui situasi sirkuit dan situasi mengemudi mobil yang terdapat di depan saya supaya mudah mencari bisa jadi celah-celah meningkatkan kecepatan di tiap tikungan.
Dari posisi gigi 1, saya mulai mengurangi pedal gas secara perlahan sebab masih berada dalam jalur pit stop. Saya sengaja untuk menyerahkan jarak dengan mobil depan supaya dapat berakselerasi lebih jauh, terbit pit stop, langsung saja saya membejek gas sampai maksimal dan pindah ke gigi 2 dengan cepat dan “Ciit”, ban depan langsung berdecit saat eksodus gigi sebab tenaga mobil ini lumayan mumpuni.
Power delivery mobil ini ingin rata di tiap putaran, tidak meledak-ledak di putaran atas atau di putaran bawah saja seperti sejumlah kompetitornya. Selain menyerahkan kesan sporty, tetapi power delivery yang rata ini menyerahkan kesan smooth di pengendaraan harian. Soal tenaga dan performa, kami rasa tidak begitu jauh perbedaannya dengan kompetitor yang sama-sama mempunyai mesin 1.500 cc lainnya.
Tapi bukan tenaga mesinnya yang menciptakan saya bengong di mobil ini. Dalam presentasinya, Mazda menuliskan bahwa mereka mempunyai filosofi Jinba-Ittai yang diterjemahkan dalam SkyActiv Technology. Jinba-Ittai ialah filosofi berkuda ksatria Jepang yang memiliki makna “Pengendara dan kuda menjadi satu”, maksudnya ialah ketika kita mengemudikan mobil Mazda dengan teknologi SkyActiv, maka mobil bakal menjadi satu dengan anda dan menuruti apa perintah pengemudi secara langsung.
Rupanya filosofi itu bukanlah omong kosong atau sebatas kecap marketing belaka, sebab di Mazda2 SkyActiv manual yang kami rasakan ini memang mobil yang paling nurut dengan apa yang diperintahkan oleh pengendaranya. Mulai dari pedal gas, rem dan kopling, semuanya diciptakan mempunyai “feel” yang paling baik, bahkan seperti mengemudikan hot-hatch mewah Jerman. Pengendara diciptakan benar-benar menguasai kendaraan dan pedal gas menyerahkan respon yang paling direct dengan keterampilan mesin yang dipunyai oleh Mazda2 SkyActiv ini, lagipula pedal gas dari All New Mazda2 SkyActiv ini diciptakan rata lantai andai kita menekannya sampai paling dalam.
Karena sirkuit ini lumayan terbatas, kami tidak dapat berakselerasi terlampau ekstrim dan menjangkau top speed dari Mazda2 SkyActiv. Hanya ada satu lintasan saja saya bisa beralih ke gigi 4 saat mendekati 120 kilometer perjam dan saya melulu mampu menjebol 150 kilometer perjam di gigi 4 (based on speedometer, bukan performance box) saja di gigi 4 tersebut. Sebenarnya mobil ini dapat diajak lari lebih kencang lagi, tetapi apa daya saya mesti mengerem sebab adanya rintangan di depan.
Sensasi mengemudi dari Mazda2 SkyActiv ini meskipun paling menyenangkan dari sisi mesin, tetapi rasanya agak tidak banyak hambar di telinga sebab ruang kabin Mazda2 SkyActiv ini paling kedap di kelasnya, suara angin, ban dan raungan mesin di Rpm tinggi juga terasa masih paling kecil sehingga sejumlah kali putaran mesin over-rev sebab sulit guna menakar kapan masa-masa yang pas untuk mengerjakan perpindahan gigi dengan mendengar suara mesin, untungnya Mazda menyerahkan peringatan untuk mengerjakan pergantian gigi di tachometer digitalnya.
Transmisi 6 percepatan mobil ini juga lumayan menyenangkan, meskipun saya hanya dapat menggunakan 4 buah gigi transmisi saja sebab jarak yang terbatas, transmisi mobil ini terasa cepat, rigid dan mempunyai tuas eksodus yang pendek, sehingga anda tidak perlu menggerakan tangan terlampau jauh saat melempar transmisi ke gigi 2 dari gigi 1.
Oke, tersebut baru saja kita mengupayakan bagaimana respons mesin yang diciptakan sangat nikmat melewati pedal-pedal gas yang diberikan. Sebelumnya, anda sebenarnya lumayan beruntung mempunyai sirkuit Sentul yang mempunyai 10 buah tikungan yang beragam, mulai dari tikungan besar sampai tikungan kecil semuanya terdapat di sirkuit ini, bahkan ditengahnya kita dapat menemukan chicane laksana sirkuit Mazda Raceway Laguna Seca di California (tapi jauh pun sih kalau dikomparasikan dengan sirkuit itu).
Hal kesatu yang saya rasakan saat memegang kendali mobil ini, saya menikmati bahwa mobil ini mempunyai steering yang paling ringan sebab menggunakan EPS (Electronic Power Steering), untungnya konsep Jinba-Ittai tersebut menyerahkan kita kendali sarat dan feel yang paling nikmat saat mobil digeber di kecepatan tinggi. Umumnya mobil dengan EPS akan menyerahkan pengendaran yang hambar. Namun tidak di Mazda2 SkyActiv. Mobil ini malah mempunyai setir yang paling cepat, akurat dan tajam saat dikemudikan, setirnya pun stabil di kecepatan tinggi. Mungkin terasa lebay ya? Tapi silahkan kamu coba sendiri.
Masuk ke sejumlah tikungan, memang Mazda2 SkyActiv yang mempunyai suspensi lebih lunak dengan generasi sebelumnya dan masih mempunyai body roll yang terasa saat masuk ke dalam tikungan dalam kecepatan tinggi, tetapi percaya atau tidak, body roll dari mobil ini terasa masih lebih minim dikomparasikan dengan Toyota Yaris yang mempunyai suspensi yang lebih stiff sekalipun. Mazda mengajarkan anda bahwa untuk mengurangi body roll tidak hanya soal kerasnya suspensi, tetapi konfigurasi bobot, desain bodi dan rigiditas sasis pun ikut berperan dalam urusan ini. Itulah SkyActiv teknologi diciptakan, Mazda memaksimalkan semua komponen dari unsur mobil untuk menyerahkan performa terbaik.
Yang menarik saat kita berkata handling, Mazda2 SkyActiv yang diciptakan sangat natural, bahkan nyaris mendekati Mazda MX-5 Roadster yang terkenal sebab handlingnya. Gejala understeer dan oversteer di mobil ini terasa paling minim, bahkan terasa laksana bukan sub-compact hatchback. Sangat asyik sekali berkendara dengan mobil ini meskipun hanya diserahkan kesempatan 2 putaran saja di sirkuit Sentul. Di sejumlah kesempatan saya mengupayakan untuk memungut jarak dengan mobil depan supaya dapat menikung dengan kecepatan tinggi, tetapi berkali-kali radio komunikasi mengajak kami guna tidak terlampau jauh dengan mobil nomor 3 yang sedang di depan kami, ah cuek tidak banyak sepertinya perlu.
Meskipun mobil ini memakai ban standar, traksi yang diserahkan oleh Mazda2 SkyActiv ini paling melimpah berkat pemakaian Dynamic Stability Control dan Traction Control System yang tertanam di mobil ini, saat berbelok dengan kecepatan yang kelewat tinggi, mobil bakal secara otomatis membetulkan pengendaraan cocok dengan arah kemudi. Maka tidak heran andai saya paling percaya diri guna menikung dengan kecepatan tinggi dengan mobil ini.
Lucunya di sejumlah tikungan terakhir saya mengupayakan sedikit badung sekali lagi dengan mematikan Traction Control System yang terdapat di mobil ini. Menikung dengan kecepatan lebih dari 100 Km/jam ternyata mobil ini masih stabil laksana layaknya DSC dan TCS masih bekerja. Saya tidak banyak kaget sebab meskipun perlengkapan aktif itu dimatikan, mobil masih dapat menyerahkan traksi membludak dan understeer yang masih minim, seharusnya andai fitur itu dimatikan mobil akan merasakan understeer bahkan sampai tergelincir andai kita tidak dapat menguasai mobil tersebut. Kecuali andai kita mengemudikan mobil sekelas Nissan GT-R, beda lagi ceritanya.
Tetapi semuanya menjadi clear sesudah Bapak Bonar Pakpahan selaku Product Planner dari Mazda Indonesia menuliskan bahwa “meskipun Traction Control System dan Dynamic Stability Control dimatikan pada suatu mobil, lazimnya fitur itu masih bekerja di kecepatan tinggi meskipun lebih minim, jadi tidak mati total untuk dalil keselamatan berkendara, dan urusan itu juga telah menjadi rahasia umum di pabrikan-pabrikan terkemuka yang mementingkan hal safety”. Oh, layak saja mobil ini masih mempunyai grip yang paling baik meskipun traction control di matikan.
Setelah test drive di Sirkuit Sentul berakhir, saya sekali lagi iseng meskipun diluar jadwal test drive Mazda, sebelum kembali saya mencoba sejumlah kali mengerjakan drifting kecil-kecilan bareng Instagramers dan vlogger Duo Harbatah dengan mematikan Traction Control System, memang sih, di kecepatan rendah kelihatannya TCS Mazda2 SkyActiv terasa tidak bekerja. Unikya, meskipun saya sejumlah kali memelintirkan mobil dengan rem tangan, decitan ban di mobil ini masih terasa minim di dalam kabin (video dibawah ini).
Kesimpulannya, Mazda2 SkyActiv ini mungkin ialah mobil yang sangat fun-to-drive di ruang belajar sub-compact hatchback yang terdapat di Indonesia. Setiap detail guna pengemudi mulai dari posisi duduk, pedal feel, steering dan hal-hal yang bersangkutan dengan pengendaraan diciptakan sedemikian rupa guna meraih filosif Jinba-Ittai yang membulatkan pengendara dengan apa yang ia tunggangi.
Hmm, sayangnya kami melulu mencoba transmisi manual 6 percepatannya saja sih, Jadi kami harap ke depannya kami dapat mencoba sensasi transmisi automatic Mazda2 SkyActiv dalam video review khas AutonetMagz. Jangan tak sempat kirim komentar inilah ini dan share tulisan ini di media sosial ya!
