Toyota Corolla 1975

Dulu, Toyota Kijang dicetuskan dalam rangka mempercepat proses industrialisasi Indonesia. Kijang menjadi mobil kesatu yang diproduksi Toyota di Indonesia. Dan kini, empat puluh tahun telah usianya. Sejak kesatu sampai ketika ini, telah lebih dari 1,7 juta unit Kijang terjual. Angka penjualan tertinggi di segmen Multi Purpose Vehicle (MPV).
Toyota Kijang membuka kesempatan terbentuknya pasar MPV. Dalam perjalanannya, Kijang pun yang memperbanyak ceruk pasar terbesar tersebut di industri otomotif nasional. Pasar otomotif yang paling dinamis, dapat dihadapi Kijang. Konsep pengembangan yang tidak jarang kali mengacu pada keperluan masyarakat, membuatnya menjadi market leader dari masa ke masa. Bahkan semenjak 1970-an sampai kini, Kijang terus bertahan sampai mendapat predikat sebagai legenda hidup pasar mobil Indonesia.
Kontribusi dan keberadaan Kijang, pun tak sekadar menjadi pemenuh keperluan moda transportasi. Ia pun menjadi salah satu donatur terbesar total ekspor kendaraan ke luar negeri. Mulai diekspor semenjak 1987, ketika ini Kijang didistribusikan ke lebih dari 30 negara di Asia, Afrika, Amerika Latin, Karibia dan Timur Tengah. Kijang pun membantu pertumbuhan industri dan perekonomian negara sebab mempunyai kandungan lokal yang terus meningkat.
Berikut kami kemukakan milestone Toyota Kijang di Indonesia:
Kijang menjadi di antara mobil kesatu yang mempopulerkan pemakaian nama binatang. Setelah Kijang, bermunculan mobil-mobil lainnya yang memakai nama hewan seperti Zebra, Kuda, Panther dan lainnya. Padahal nama Kijang, bahwasannya kependekan dari Kerjasama Indonesia Jepang. Kebijakan pemerintah yang tak hendak Indonesia hanya dapat menjadi importir kendaraan, mencetuskan Kijang generasi kesatu yang peluncurannya dilaksanakan di Pekan Raya Jakarta 1975. Disaksikan Presiden Republik Indonesia, Soeharto dan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, Kijang tadinya diproduksi sebagai kendaraan angkutan barang jenis pickup.

Sering dijuluki sebagai Kijang Buaya sebab desain kap mesin yang besar sampai ke sisi bodi, sampai-sampai kalau dimulai serupa laksana buaya yang sedang menganga. Dibangun dengan kode buatan KF-10, desain pickup ini paling sederhana. Bahkan jendela tak menggunakan kaca, hanya ditutupi terpal. Engsel pintu yang serupa engsel pintu lokasi tinggal zaman dulu berbunyi mendecit andai pintunya dibuka.
Posisi duduknya pun cukup tidak keruan. Posisi pengemudi agak ke tengah dan tuas persneling yang susah dijangkau. Meski begitu, mobil ini di bina sebagai Basic Utility Vehicle (BUV) sebagai kendaraan dengan konsep serbaguna yang gampang dirawat. Kijang Buaya terjual puluhan ribu unit dan menolong pengembangan motorisasi otomotif di Indonesia melewati konsep Kendaraan Bermotor Niaga Serba untuk (KBNS).
Kijang Buaya dibekali mesin tipe 3K kepunyaan Toyota Corolla yang berkapasitas 1,2 liter dengan transmisi manual 4-speed. Kandungan komponen lokal mobil yang diproduksi semenjak 1977-1981 ini baru 19 persen.
Berganti generasi, Kijang merasakan peningkatan kualitas. Engsel pintu dialihkan ke dalam sampai-sampai terlihat lebih apik dari luar. Pintunya pun sudah mempunyai kunci. Jendela sekarang dilengkapi kaca tidak lagi terpal. Kap mesin tak lagi bertipe ‘buaya’ karena melulu atap kap mesinnya saja yang terangkat saat terbuka. Mobil ini mempunyai sapaan Kijang Doyok, sebutan yang dipungut dari figur serial kartun pada harian Pos Kota.
Generasi Kedua – Kijang “Doyok”
Kijang Doyok merasakan penyempurnaan. Tampangnya dibetulkan jadi tidak banyak lebih tampan dibanding sebelumnya. Lampu depan tipe kotak tak lagi membulat. Logo ‘TOYOTA’ di kap mesin unsur depan, pindah ke grille depan. Intinya lebih enak disaksikan ketimbang Kijang Buaya.
Di balik kulitnya, Toyota pun menyempurnakan komponen mekanis mobil ini. Suspensi masih menggunakan jenis double wishbone di unsur depan dengan per daun di bawah gardan guna bagian belakang. Tapi transmisi manual 4-speed dan diferential merasakan penyesuaian. Lalu booster rem ditambahkan pada 1983. Di tahun yang sama, mesin tipe 5K yang berkapasitas 1,5 liter diperkenalkan.
Mulai ketika inilah, Kijang Doyok bermunculan dalam format minibus (MPV). Ada dua jenis : Family dan Commando. Mobil ini berubah faedah sehingga bisa membawa 7-8 penumpang sekaligus. Namun pengerjaan bodi Kijang berjenis minibus bukan dilaksanakan Toyota. Melainkan perusahaan karoseri yang ditunjuk. Konon mobil berkode buatan KF20 ini terjual lebih dari 100 ribu unit sekitar lima tahun umur produksinya. Kandungan lokal mobil ini menjangkau 30 persen atau bertambah dua kalinya dari Kijang generasi kesatu.
Konsep Kijang sebagai kendaraan niaga mulai bergeser menjadi kendaraan penumpang semenjak generasi ketiga. Resmi menjadi MPV, di masa berikut Kijang merasakan masa kejayaannya. Kijang sukses menggeser kekuasaan minibus impor berhidung pesek laksana Mistubishi Colt L300, Suzuki Carry dan Daihatsu Zebra.
Generasi Ketiga – Kijang “Super”
Teknologi Full Pressed Body yang minim dempul mulai diperkenalkan guna Kijang generasi ketiga. Bobot kendaraan ditekan secara signifikan. Desainnya sekarang tidak banyak lebih melengkung nyaris tanpa sudut yang tajam. Tampilannya lebih canggih sukses mengantar Kijang generasi ketiga menjadi mobil yang sangat digemari konsumen Indonesia. Usia buatan mobil ini juga menjadi paling panjang, lebih dari satu dasawarsa lamanya.

Meski begitu, bukan berarti selama tersebut Toyota tak mengerjakan pengembangan pada mobil ini. Kode bodi berubah mulai dari tipe KF 40, KF 42, KF50 hingga KF52. Awalnya Toyota melempar dua tipe Kijang ke pasar, yakni tipe Super Kijang dan Grand Extra. Itupun terdapat dalam sejumlah varian, mulai dari Commando (4-pintu) ataupun Ranger (3-pintu). Proses penciptaan bodi mobil dengan mesin press dan cara las titik yang bebas dempul diperkenalkan semenjak 1992. Logo ‘TOYOTA’ di unsur grille depan berganti emblem baru yang dipakai Toyota sampai sekarang.
Penyempurnaan tak melulu di unsur bodi. Mesinnya disempurnakan dan tenaganya meningkat dari 61,8 PS menjadi 63,8 PS. Pilihan transmisi manual 5-speed menemani transmisi manual 4-speed sebelumnya. Rem depan menggunakan jenis cakram tidak lagi drum. Perubahan kemudian dilaksanakan pada sistem kemudi rack & pinion dengan peningkatan power steering. Gardan dibetulkan untuk meminimalisir getaran. Posisi tangki bahan bakar dialihkan ke unsur tengah dan posisi lamanya digantikan oleh ban serep. Ban sekarang pun membalut pelek jenis alloy bermerek Enkei.
Di balik kemudi, panel instrumen spidometer kini ditemani takometer (rpm). Kijang pun menjadi lebih kencang, bukan sebab sekarang terdapat jarum penunjuk putaran mesin, tapi sebab pemakaian mesin baru 7K yang berkapasitas 1,8 liter. Di samping lebih kencang, Kijang generasi ketiga lebih nyaman dengan penyejuk kabin (AC) double blower.
Varian Kijang pun pulang menjadi lebih tidak sedikit seperti LX, LSX, LGX guna long wheel base, pun SX, SSX dan SGX yang mempunyai bodi berdimensi lebih pendek. Di samping tipe itu, terdapat juga sejumlah tipe lain laksana Rover, Jantan, Kencana dan Raider yang bodinya diproduksi perusahaan karoseri lokal. Bahkan pada 1995 hingga 1996 bermunculan Kijang Soeharto Series sebagai peringatan 50 tahun kebebasan Indonesia sekaligus 75 tahun Presiden RI saat itu, Soeharto. Kijang generasi ketiga masih tidak sedikit beredar di jalanan Indonesia. Namun Kijang Limited Edition Soeharto Series paling langka karena melulu diproduksi selama setahun saja.
Generasi ketiga Kijang menjadi mobil kesatu yang membuka pintu ekspor kendaraan di 1987. Total Kijang ini diekspor ke sembilan negara, Brunei Darussalam sampai negara di kepulauan Pasifik laksana Fiji, Vanuatu hingga Salomon. Kijang dengan kandungan lokal 44 persen ini berhasil menjadi di antara komoditas yang diantar oleh kapal laut dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan mancanegara bareng komoditas ekspor beda seperti fauna ternak dan lainnya.
Baca juga: Perjalanan Panjang Toyota Kijang Innova Di Indonesia (Part-II)